tag:blogger.com,1999:blog-14398688622295200732024-03-07T20:58:33.734-08:00rerrizinrerrizinhttp://www.blogger.com/profile/06532778292799139512noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-1439868862229520073.post-15826563920479087822009-01-15T01:10:00.000-08:002009-01-15T01:42:32.549-08:00jagat planet<div class="judulisiberita" style="margin: 5px 0px;"><span style="font-size:180%;">Satu Lagi Kandidat Planet Raksasa di Jagat Raya</span> </div> <div style="width: 300px; float: left; margin-right: 10px;"> <div style="padding: 0px 0px 5px; width: 298px;"> <div id="loadarea" style="margin-bottom: 5px; width: 298px;"><img src="http://www.kompas.com/data/photo/2008/11/28/230404p.jpg" border="0" width="298" /><br /><br /><br /> </div> <div id="boxpoto" style="margin-bottom: 0px; text-align: right; font-family: arial; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 9px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; color: rgb(102, 102, 102);"><a href="http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/28/22564853/satu.lagi.kandidat.planet.raksasa.di.jagat.raya.#" style="font-family: arial; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 9px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; color: rgb(102, 102, 102); text-decoration: none;">ESO/A.-M. Lagrange et al.</a></div> <div id="boxtitle" style="margin-bottom: 0px; font-family: arial; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 11px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; color: rgb(51, 51, 51);">Citra inframerah menunjukkan objek (berupa titik putih) yang diduga planet mengelilingi bintang Beta pictoris (di tengah).</div> </div> <!--- video --> <div id="boxpoto" style="margin-bottom: 0px; text-align: right; font-family: arial; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 9px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; color: rgb(102, 102, 102);"><a href="http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/28/22564853/satu.lagi.kandidat.planet.raksasa.di.jagat.raya." style="font-family: arial; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 9px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; color: rgb(102, 102, 102); text-decoration: none;" target="_blank">/</a></div> <div id="boxterkait" style="width: 300px; background-color: rgb(255, 255, 255); margin-bottom: 20px;"> <b class="judulnolead">Artikel Terkait:</b> <ul id="navlist"><li><a href="http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/24/17493314/karbon.dioksida.ada.di.planet.lain.">Karbon Dioksida Ada di Planet Lain </a></li><li><a href="http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/14/18215916/nasa.temukan.tata.surya.baru.berisi.3.planet">NASA Temukan Tata Surya Baru Berisi 3 Planet</a></li><li><a href="http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/14/17143853/foto.pertama.planet.di.luar.tata.surya">Foto Pertama Planet di Luar Tata Surya</a></li></ul> </div> <div style="padding: 0pt;"> </div> <img src="http://www.kompas.com/data/images/stickerbanner/reg_sains.gif" /> </div> <div class="tanggal">Jumat, 28 November 2008 | 22:56 WIB</div> <p><strong>JAKARTA, JUMAT</strong> - Keberadaan planet-planet asing di luar tata surya makin bnayak yang terungkap seiring pengembangan teknologi pengamatan benda-benda ruang angkasa. Tak berselang lama setelah astronom NASA dan Kanada mengklaim berhasil merekam planet asing untuk pertama kalinya secara langsung, para astronom Perancis melaporkan kandidat planet baru.</p><p>Anne-Maria Lagrange dan astronom lainnya dari Observatorium Grenoble, Perancis memperkirakan objek tersebut berukuran 7 kali massa Planet Jupiter. Citra inframerah yang dipamerkan memperlihatkan sebuah titik putih di antara berkas cahaya dekat bintang Beta Pictoris yang berada 70 tahun cahaya dari Bumi (1 tahun cahaya sebanding dengan 9,5 triliun kilometer). Rekaman tersebut diambil menggunakan teleskop raksasa di Observatorium Eropa Selatan (Very Large Telescope ESO).</p><p>Belum diketahui apakah objek tersebut merupakan planet atau bukan. Para astronom harus melakukan pengamatan dan pengukuran lebih lanjut untuk memastikannya. Namun, kemungkinannya besar karena berada di dalam cakram debu dan gas yang mengelilingi bintang Beta Pictoris.</p><p>Cakram debu di sekitar bintang tersebut telah lama diyakini mengandung planet sejak diamati pertama kali tahun 1994. Adanya planet itulah yang mungkin dapat menjelaskan mengapa cakram debu tersebut sering bergoyang.</p><p>"Secara umum, ini merupakan temuan yang menarik yang akan segera dikonfirmasi dalam beberapa minggu ke depan karena Beta Pictoris merupakan bintang terang yang terlihat selama musim dingin,"ujar Paus Kallas, astronom dari Universitas California Berkeley yang mengetuai tim astronom penemu planet Fomalhaut b, planet pertama yang berhasil direkam kamera.</p><p><br /></p><p><br /></p><h2><a href="http://gus7.wordpress.com/2008/08/30/misteri-jagat-bayi-baby-universes-lubang-hitam-dan-jagat-gaib/" title="Permalink">MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB</a></h2><h2></h2><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Jagat Raya berawal dari singularitas (titik awal) yang kemudian terjadi <strong>Big Bang</strong> (Dentuman Besar). Namun teori ini tidak menjawab keberadaan alam gaib. Masalahnya darimana singularitas itu? apakah muncul dari ketiadaan? Lantas mungkinkah manusia meneliti sesuatu sebelum singularitas?</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Ini menimbulkan dilema karena menyentuh aspek relijius. Tahun 1981, Gereja katolik Vatikan mengadakan konferensi seputar Jagat Raya. Ketika itu Paus Johannes Paulus mengatakan tidak masalah mempelajari evolusi Jagat Raya setelah Dentuman Besar. Tetapi ilmuwan tidak boleh menyelidiki Dentuman Besar, karena itulah saat awal penciptaan Jagat Raya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Sejauh ini singularitas memang tidak dapat diformulasikan hukum fisika. Dengan kata lain, hukum fisika tidak berlaku pada awal terbentuknya Jagat Raya. Padahal, menyebut singularitas muncul dari ketiadaan tidak sejalan dengan hukum Kekekalan Energi (energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Kemudian lahirlah hipotesis Lubang Hitam. Hipotesis ini dapat menjawab asal usul singularitas, sekaligus membuka kemungkinan adanya alam gaib. Namun, konsekwensinya muncul gagasan lain yaitu Jagat Raya tidak memiliki awal dan akhir.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "";"> </span><strong><span style="font-family: "";">Lubang Hitam</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Untuk memahami Lubang Hitam, secara ringkas dapat dijelaskan sbb:</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Kita mulai dengan mengetahui daur hidup bintang. Bintang terbentuk bila sejumlah besar gas (hidrogen) mulai mampat karena forsa (tarikan) gravitasi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Atom gas saling tabrakan dengan laju semakin tinggi membuat gas menjadi sangat panas. Akhirnya, setiap tabrakan dua atom hidrogen bukannya terpental melainkan lengket membentuk atom helium. Kalor yag dibebaskan (mirip ledakan bom hidrogen) menyebabkan bintang bersinar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Kalor ini juga berfungsi meningkatkan tekanan gas sehingga cukup untuk mengimbangi forsa gravitas agar tidak mengerut (seperti balon: ada perimbangan antara tekanan udara di dalamnya yang berusaha memuaikan balon dan ada tegangan karet yang berusaha mengecilkan balon). Kondisi ini membuat bintang stabil untuk waktu lama.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Namun suatu ketika bintang itu kehabisan hidrogen. Semakin banyak bahan bakar awal bintang itu, semakin cepat habis. Karena semakin masif bintang, diperlukan suhu yang semakin tinggi untuk mengimbangi forsa gravitas.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Apabila kehabisan bahan bakar, bintang itu mendingin, mengecil dan memampat atau disebut bintang mati. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "";"> </span><span id="more-336"></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Subrahmanyan Chandrasekhar, fisikawan India mengatakan, ketika bintang mati mengecil, partikel-partikel akan berdekatan. Partikel ini mempunyai kecepatan berbeda. Keragaman ini akan menjauhkan partikel itu satu dari yang lain, dan bintang itu cenderung memuai dengan memberimbangkan forsa gravitasi dan panas (pemuaian) yang timbul.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Namun bila rapatan bintang tinggi, pemuaian yang ditimbulkan akan lebih kecil daripada forsa gravitasi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Menurut Chandrasekhar, sebuah bintang dengan massa 1,5 kali massa Matahari (disebut <em>batas Chandrasekhar</em>), tidak sanggup melawan gravitasinya sendiri. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Implikasinya, jika massa itu kurang dari batas Chandrasekhar, maka bintang itu dapat menghentikan pengerutan dan mapan ke suatu keadaan akhir yang disebut bintang katai putih (White Dwarf) dengan jari-jari ribuan kilometer dan rapatan puluhan ton persentimeter kubik. Bintang ini ditemukan di sekitar gugusan bintang Sirius.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Fisikawan Rusia, Lev Davidovich Landau mengatakan, bisa saja terbentuk bintang berukuran kecil dari bintang katai putih yang disebut bintang Neutron. Bintang ini memiliki jari-jari sekitar 15 kilometer dengan rapatan puluhan juta ton persentimeter kubik.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Bukti adanya bintang Neutron ditemukan tahun 1967, ketika Jocelyn Bell dan Anthony Hewish dari Universitas Cambridge menemukan objek langit yang disebut Pulsar. Objek itu sesungguhnya bintang Neutron yang berputar karena adanya medan magnet dan materi yang mengitarinya sembari memancarkan pulsa gelombang radio.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Namun, bintang dengan massa di atas batas Chandrasekhar akan tetap menghadapi masalah besar saat bahan bakarnya habis. Akhirnya, bintang ini akan mengerut. Apabila bintang terus mengerut ke suatu jari-jari kritis, medan gravitasi pada permukaan menjadi kuat sehingga pancaran cahayanya tidak akan keluar (tidak bersinar) karena akan ditarik kembali.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Jika cahaya tidak dapat lolos, maka jelas tidak satupun benda dapat lolos. Semuanya akan ditarik medan gravitasi. Kawasan dengan medan gravitasi sangat tinggi ini disebut <strong>Lubang Hitam</strong> (Black Holes).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Sebuah Lubang Hitam tidak dapat dilihat, hanya suatu kawasan (horison) dimana apapun yang mendekati akan dihisap forsa gravitasi. Luas horison tergantung dari massa Lubang Hitam. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Luasnya bertambah seiring dengan semakin banyaknya objek yang masuk ke dalamnya. Lubang Hitam dengan massa 10 Matahari memiliki luas sekitar 30 kilometer. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Luas horison juga bertambah dengan bergabungnya beberapa Lubang Hitam menjadi Lubang Hitam raksasa. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="font-family: "";"> Deteksi keberadaan Lubang Hitam</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Lubang Hitam tidak memancarkan apapun, kecuali radiasi. Dalam riset terbarunya, Stephen Hawking menyimpulkan, bahwa radiasi tersebut memiliki sejumlah informasi seputar benda-benda apa saja yang pernah dihisap Lubang Hitam.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Namun, Lubang Hitam masih mengeluarkan forsa gravitasi terhadap bintang didekatnya. Bintang ini berada mengitari sesuatu karena pengaruh forsa gravitasi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Secara singkatnya, ada sebuah bintang yang tampak beredar mengitari sesuatu (objek) yang tidak tampak. Materi (partikel-partikel) yang disemburkan dari permukaan bintang tampak<span> </span>terlihat. Materi itu terkena gravitasi dari objek yang tidak tampak.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Akibatnya, materi ini beredar mengitari objek yang tidak tampak dan membuat gerakan melingkar atau membundar. Dapat diibaratkan bak mandi yang lalu sumbat baknya dibuka. Maka air akan tersedot membentuk pusaran. Objek yang membuat materi berputar itulah yang disebut Lubang Hitam.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Pola semacam itu sangat banyak dalam galaksi Bima Sakti atau galaksi lain. Dipastikan ada banyak Lubang Hitam di Jagat Raya ini. Bahkan boleh jadi jumlah Lubang Hitam lebih banyak dari bintang yang tampak (sekitar 100 milyar dalam galaksi Bima Sakti). Hal itu menunjukkan, dalam sejarah Jagat Raya, bintang yang kehabisan bahan bakar sangat banyak.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";"> Sedangkan lokasi di Jagat Raya yang diduga terdapat Lubang Hitam, di Konstelasi Cygnus X-1 dan XTE J1118+480.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="font-family: "";">Tipe-tipe Lubang Hitam adalah:</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Sejauh ini ada beberapa tipe Lubang Hitam yang diketahui:</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "";"><span>1.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "";">Stellar :Lubang Hitam yang memiliki massa sekitar 5-100 Matahari.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "";"><span>2.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "";">Mid-mass: Lubang Hitam yang memiliki massa sekitar 500-1000 Matahari.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "";"><span>3.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "";">Supermassive: Lubang Hitam yang memiliki massa jutaan sampai milyaran meter\hari, disebut juga The Great Attractor. Terdapat di Konsteler Virgo.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "";"> </span><strong><span style="font-family: "";">Jagat Bayi (Baby Universes)</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Persoalannya, apakah yang terjadi terhadap objek yang masuk kedalam Lubang Hitam? Ilmu pengetahuan belum berhasil menjawab pertanyaan itu.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Fisikawan teoritis Stephen Hawking mengeluarkan hipotesis yang kontroversial. Ia mengatakan bahwa ada kemungkinan objek yang masuk akan keluar kembali di sebuah Jagat Raya lain. Stephen Hawking menyebutnya: Jagat Bayi (Baby Universes).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Hipotesis Jagat Bayi hingga kini belum diakui ilmu pengetahuan. Namun hipotesis ini membuka peluang meneliti keberadaan alam gaib. Mengapa?</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Karena Jagat Bayi mengandaikan ada banyak Jagat Raya. Dengan kata lain, <span> </span>adanya Jagat Raya–Jagat Raya yang saling berlipat (tumpang tindih). </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Hipotesis ini mendapat tantangan keras mengingat kemampuan meneliti Jagat Raya yang kasat mata saja belum sempurna. Di samping itu, meskipun sebagian besar ilmuwan percaya keberadaan Tuhan, namun cenderung menolak eksistensi alam gaib (Jagat Gaib).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Menurut Hawking, Jagat Bayi merupakan konsekwensi dari keberadaan Lubang Hitam. Objek yang masuk ke dalam Lubang Hitam akan masuk ke dalam sebuah Jagat Bayi yang kecil. Kemudian lepas dari kawasan Jagat Raya kita. Jagat Bayi tersebut memiliki struktur dan konfigurasi berbeda.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Pada saat objek<span> </span>masuk<span> </span>ke dalam Lubang Hitam, maka akan terbentuk singularitas baru. Hal ini kemudian berlanjut dengan meledak kembali sebagaimana Dentuman Besar. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Kemudian terjadi pula pemuaian dan pembentukan materi-materi. Selanjutnya terbentuklah galaksi-galaksi dan mungkin juga sebuah kehidupan seperti di Bumi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Dalam Islam diketahui bahwa makhluk gaib seperti malaikat diciptakan dari cahaya, sedangkan bangsa jin terbuat dari api. Boleh jadi, cahaya dan api tersebut bukan dalam bentuk materi atau partikel yang sama dengan yang kita kenal di Bumi. Melainkan produk materi yang terbentuk di Jagat Raya yang berbeda.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Hipotesis Jagat Raya bayi berhasil membuka cakrawala berpikir manusia, karena eksistensi alam gaib (Jagat Gaib) mulai disentuh ilmu pengetahuan, khususnya fisika kuantum. Namun, hipotesis tersebut kontroversial karena apa yang disebut <strong>Teori Dentuman Besar</strong> bukanlah awal dari terbentuknya Jagat Raya kita.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Hawking berpendapat bahwa Lubang Hitam dan hipotesis Jagat Bayi mengandaikan Jagat Raya tidak memiliki awal dan akhir. Dengan kata lain, Jagat Raya ini abadi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Peristiwa Big Bang hanya salah satu tahap saja dalam seluruh evolusi Jagat Raya. Sehingga berapapun taksiran usia Jagat Raya, bukan awal Tuhan Yang Maha Besar memulai ciptaanNya. Jika benar begitu maka titik awal penciptaan akan tetap menjadi rahasia.</span></p><br /> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Jagat Raya berawal dari singularitas (titik awal) yang kemudian terjadi <strong>Big Bang</strong> (Dentuman Besar). Namun teori ini tidak menjawab keberadaan alam gaib. Masalahnya darimana singularitas itu? apakah muncul dari ketiadaan? Lantas mungkinkah manusia meneliti sesuatu sebelum singularitas?</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Ini menimbulkan dilema karena menyentuh aspek relijius. Tahun 1981, Gereja katolik Vatikan mengadakan konferensi seputar Jagat Raya. Ketika itu Paus Johannes Paulus mengatakan tidak masalah mempelajari evolusi Jagat Raya setelah Dentuman Besar. Tetapi ilmuwan tidak boleh menyelidiki Dentuman Besar, karena itulah saat awal penciptaan Jagat Raya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Sejauh ini singularitas memang tidak dapat diformulasikan hukum fisika. Dengan kata lain, hukum fisika tidak berlaku pada awal terbentuknya Jagat Raya. Padahal, menyebut singularitas muncul dari ketiadaan tidak sejalan dengan hukum Kekekalan Energi (energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Kemudian lahirlah hipotesis Lubang Hitam. Hipotesis ini dapat menjawab asal usul singularitas, sekaligus membuka kemungkinan adanya alam gaib. Namun, konsekwensinya muncul gagasan lain yaitu Jagat Raya tidak memiliki awal dan akhir.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "";"> </span><strong><span style="font-family: "";">Lubang Hitam</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Untuk memahami Lubang Hitam, secara ringkas dapat dijelaskan sbb:</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Kita mulai dengan mengetahui daur hidup bintang. Bintang terbentuk bila sejumlah besar gas (hidrogen) mulai mampat karena forsa (tarikan) gravitasi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Atom gas saling tabrakan dengan laju semakin tinggi membuat gas menjadi sangat panas. Akhirnya, setiap tabrakan dua atom hidrogen bukannya terpental melainkan lengket membentuk atom helium. Kalor yag dibebaskan (mirip ledakan bom hidrogen) menyebabkan bintang bersinar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Kalor ini juga berfungsi meningkatkan tekanan gas sehingga cukup untuk mengimbangi forsa gravitas agar tidak mengerut (seperti balon: ada perimbangan antara tekanan udara di dalamnya yang berusaha memuaikan balon dan ada tegangan karet yang berusaha mengecilkan balon). Kondisi ini membuat bintang stabil untuk waktu lama.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Namun suatu ketika bintang itu kehabisan hidrogen. Semakin banyak bahan bakar awal bintang itu, semakin cepat habis. Karena semakin masif bintang, diperlukan suhu yang semakin tinggi untuk mengimbangi forsa gravitas.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Apabila kehabisan bahan bakar, bintang itu mendingin, mengecil dan memampat atau disebut bintang mati. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "";"> </span><span id="more-336"></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Subrahmanyan Chandrasekhar, fisikawan India mengatakan, ketika bintang mati mengecil, partikel-partikel akan berdekatan. Partikel ini mempunyai kecepatan berbeda. Keragaman ini akan menjauhkan partikel itu satu dari yang lain, dan bintang itu cenderung memuai dengan memberimbangkan forsa gravitasi dan panas (pemuaian) yang timbul.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Namun bila rapatan bintang tinggi, pemuaian yang ditimbulkan akan lebih kecil daripada forsa gravitasi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Menurut Chandrasekhar, sebuah bintang dengan massa 1,5 kali massa Matahari (disebut <em>batas Chandrasekhar</em>), tidak sanggup melawan gravitasinya sendiri. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Implikasinya, jika massa itu kurang dari batas Chandrasekhar, maka bintang itu dapat menghentikan pengerutan dan mapan ke suatu keadaan akhir yang disebut bintang katai putih (White Dwarf) dengan jari-jari ribuan kilometer dan rapatan puluhan ton persentimeter kubik. Bintang ini ditemukan di sekitar gugusan bintang Sirius.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Fisikawan Rusia, Lev Davidovich Landau mengatakan, bisa saja terbentuk bintang berukuran kecil dari bintang katai putih yang disebut bintang Neutron. Bintang ini memiliki jari-jari sekitar 15 kilometer dengan rapatan puluhan juta ton persentimeter kubik.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Bukti adanya bintang Neutron ditemukan tahun 1967, ketika Jocelyn Bell dan Anthony Hewish dari Universitas Cambridge menemukan objek langit yang disebut Pulsar. Objek itu sesungguhnya bintang Neutron yang berputar karena adanya medan magnet dan materi yang mengitarinya sembari memancarkan pulsa gelombang radio.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Namun, bintang dengan massa di atas batas Chandrasekhar akan tetap menghadapi masalah besar saat bahan bakarnya habis. Akhirnya, bintang ini akan mengerut. Apabila bintang terus mengerut ke suatu jari-jari kritis, medan gravitasi pada permukaan menjadi kuat sehingga pancaran cahayanya tidak akan keluar (tidak bersinar) karena akan ditarik kembali.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Jika cahaya tidak dapat lolos, maka jelas tidak satupun benda dapat lolos. Semuanya akan ditarik medan gravitasi. Kawasan dengan medan gravitasi sangat tinggi ini disebut <strong>Lubang Hitam</strong> (Black Holes).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Sebuah Lubang Hitam tidak dapat dilihat, hanya suatu kawasan (horison) dimana apapun yang mendekati akan dihisap forsa gravitasi. Luas horison tergantung dari massa Lubang Hitam. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Luasnya bertambah seiring dengan semakin banyaknya objek yang masuk ke dalamnya. Lubang Hitam dengan massa 10 Matahari memiliki luas sekitar 30 kilometer. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Luas horison juga bertambah dengan bergabungnya beberapa Lubang Hitam menjadi Lubang Hitam raksasa. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="font-family: "";"> Deteksi keberadaan Lubang Hitam</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Lubang Hitam tidak memancarkan apapun, kecuali radiasi. Dalam riset terbarunya, Stephen Hawking menyimpulkan, bahwa radiasi tersebut memiliki sejumlah informasi seputar benda-benda apa saja yang pernah dihisap Lubang Hitam.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Namun, Lubang Hitam masih mengeluarkan forsa gravitasi terhadap bintang didekatnya. Bintang ini berada mengitari sesuatu karena pengaruh forsa gravitasi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Secara singkatnya, ada sebuah bintang yang tampak beredar mengitari sesuatu (objek) yang tidak tampak. Materi (partikel-partikel) yang disemburkan dari permukaan bintang tampak<span> </span>terlihat. Materi itu terkena gravitasi dari objek yang tidak tampak.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Akibatnya, materi ini beredar mengitari objek yang tidak tampak dan membuat gerakan melingkar atau membundar. Dapat diibaratkan bak mandi yang lalu sumbat baknya dibuka. Maka air akan tersedot membentuk pusaran. Objek yang membuat materi berputar itulah yang disebut Lubang Hitam.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Pola semacam itu sangat banyak dalam galaksi Bima Sakti atau galaksi lain. Dipastikan ada banyak Lubang Hitam di Jagat Raya ini. Bahkan boleh jadi jumlah Lubang Hitam lebih banyak dari bintang yang tampak (sekitar 100 milyar dalam galaksi Bima Sakti). Hal itu menunjukkan, dalam sejarah Jagat Raya, bintang yang kehabisan bahan bakar sangat banyak.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";"> Sedangkan lokasi di Jagat Raya yang diduga terdapat Lubang Hitam, di Konstelasi Cygnus X-1 dan XTE J1118+480.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="font-family: "";">Tipe-tipe Lubang Hitam adalah:</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Sejauh ini ada beberapa tipe Lubang Hitam yang diketahui:</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "";"><span>1.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "";">Stellar :Lubang Hitam yang memiliki massa sekitar 5-100 Matahari.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "";"><span>2.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "";">Mid-mass: Lubang Hitam yang memiliki massa sekitar 500-1000 Matahari.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "";"><span>3.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "";">Supermassive: Lubang Hitam yang memiliki massa jutaan sampai milyaran meter\hari, disebut juga The Great Attractor. Terdapat di Konsteler Virgo.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "";"> </span><strong><span style="font-family: "";">Jagat Bayi (Baby Universes)</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Persoalannya, apakah yang terjadi terhadap objek yang masuk kedalam Lubang Hitam? Ilmu pengetahuan belum berhasil menjawab pertanyaan itu.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Fisikawan teoritis Stephen Hawking mengeluarkan hipotesis yang kontroversial. Ia mengatakan bahwa ada kemungkinan objek yang masuk akan keluar kembali di sebuah Jagat Raya lain. Stephen Hawking menyebutnya: Jagat Bayi (Baby Universes).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Hipotesis Jagat Bayi hingga kini belum diakui ilmu pengetahuan. Namun hipotesis ini membuka peluang meneliti keberadaan alam gaib. Mengapa?</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Karena Jagat Bayi mengandaikan ada banyak Jagat Raya. Dengan kata lain, <span> </span>adanya Jagat Raya–Jagat Raya yang saling berlipat (tumpang tindih). </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Hipotesis ini mendapat tantangan keras mengingat kemampuan meneliti Jagat Raya yang kasat mata saja belum sempurna. Di samping itu, meskipun sebagian besar ilmuwan percaya keberadaan Tuhan, namun cenderung menolak eksistensi alam gaib (Jagat Gaib).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Menurut Hawking, Jagat Bayi merupakan konsekwensi dari keberadaan Lubang Hitam. Objek yang masuk ke dalam Lubang Hitam akan masuk ke dalam sebuah Jagat Bayi yang kecil. Kemudian lepas dari kawasan Jagat Raya kita. Jagat Bayi tersebut memiliki struktur dan konfigurasi berbeda.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Pada saat objek<span> </span>masuk<span> </span>ke dalam Lubang Hitam, maka akan terbentuk singularitas baru. Hal ini kemudian berlanjut dengan meledak kembali sebagaimana Dentuman Besar. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Kemudian terjadi pula pemuaian dan pembentukan materi-materi. Selanjutnya terbentuklah galaksi-galaksi dan mungkin juga sebuah kehidupan seperti di Bumi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Dalam Islam diketahui bahwa makhluk gaib seperti malaikat diciptakan dari cahaya, sedangkan bangsa jin terbuat dari api. Boleh jadi, cahaya dan api tersebut bukan dalam bentuk materi atau partikel yang sama dengan yang kita kenal di Bumi. Melainkan produk materi yang terbentuk di Jagat Raya yang berbeda.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Hipotesis Jagat Raya bayi berhasil membuka cakrawala berpikir manusia, karena eksistensi alam gaib (Jagat Gaib) mulai disentuh ilmu pengetahuan, khususnya fisika kuantum. Namun, hipotesis tersebut kontroversial karena apa yang disebut <strong>Teori Dentuman Besar</strong> bukanlah awal dari terbentuknya Jagat Raya kita.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Hawking berpendapat bahwa Lubang Hitam dan hipotesis Jagat Bayi mengandaikan Jagat Raya tidak memiliki awal dan akhir. Dengan kata lain, Jagat Raya ini abadi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "";">Peristi</span><span style="font-family: "";">wa Big Bang hanya salah satu tahap saja dalam seluruh evolusi Jagat Raya. Sehingga berapapun taksiran usia Jagat Raya, bukan awal Tuhan Yang Maha Besar memulai ciptaanNya. Jika benar begitu maka titik awal penciptaan akan tetap menjadi rahasia.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://gus7.files.wordpress.com/2008/08/when-black-holes-collide.jpg"><img class="alignnone size-medium wp-image-337" src="http://gus7.files.wordpress.com/2008/08/when-black-holes-collide.jpg?w=300&h=192" alt="" width="300" height="192" /></a></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://gus7.files.wordpress.com/2008/08/stellar.jpg"><img style="width: 314px; height: 174px;" class="alignnone size-full wp-image-343" src="http://gus7.files.wordpress.com/2008/08/stellar.jpg?w=150&h=113" alt="" /></a></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://gus7.files.wordpress.com/2008/08/black-holez.jpg"><img class="alignnone size-medium wp-image-339" src="http://gus7.files.wordpress.com/2008/08/black-holez.jpg?w=300&h=202" alt="" width="300" height="202" /></a></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://gus7.files.wordpress.com/2008/08/supermassive-black-hole.jpg"><img style="width: 293px; height: 127px;" class="alignnone size-full wp-image-342" src="http://gus7.files.wordpress.com/2008/08/supermassive-black-hole.jpg?w=131&h=124" alt="" /></a></p><p> </p> <p><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-14.jpg" alt="" /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-15.jpg" alt="" /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-16.jpg" alt="" /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-17.jpg" alt="" /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-18.jpg" alt="" /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-19.jpg" alt="" /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-23.jpg" alt="" /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-24.jpg" alt="" /></p><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/TE5A66%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-13.jpg" alt="" /> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="8900856340565927754"></a> </div>rerrizinhttp://www.blogger.com/profile/06532778292799139512noreply@blogger.com0